Iwan Setiawan M.S.I.
(Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY 2014-2018)
Bagi generasi ashabiqunal awwalun generasi pertama kader-kader Muhammadiyah, menulis risalah atau buku merupakan bagian dari perjuangan untuk menegakkan Islam. Walaupun Kiai Dahlan bukan seorang penulis handal, bukan berarti murid-muridnya tidak pandai menulis.Sebut saja Kiai Sudjak,Kiai Fachrodin,Kiai Hadjid, AD Haani dll mereka adalah murid-murid awal Kiai Dahlan yang menuliskan pemikirannya dalam sebuah buku.
Djazoeli salah satunya. Dalam Sang Pencerah karya Hanung Bramantyo nama Djazoeli disebut oleh Kiai Dahlan.Tapi saya masih ragu apakah Djazoeli yang ini. Djazoeli yang disebut dalam Sang Pencerah adalah Djazoeli putra Haji Hasyim yang kelak berganti nama menjadi Haji Fachrodin. Kitab Ngakoid adalah nama kitab yang ditulis oleh Djazoeli. Ngakoid atau Aqidah kalau masa sekarang orang menyebut adalah cabang dari keilmuan Islam yang berisi tentang ilmu mengesakan Allah SWT. Kitab Ngakoid:Mirid Saking Kitab Kina-Kina, Kadosta:Kitab Samargondi,Sanoesi lan Kapoetoesanipoen Majlid Tarjih. Buku yang berhuruf latin dan berbahasa Jawa ini bersumber dari beberapa macam kitab yaitu kitab Samargondi dan Hasil Keputusan Majlis Tarjih Muhammadiyah.
Yang menarik ada tambahan informasi bahwa kitab ini disusun dengan dalil akal dan Al-Quran.Tentu di masa dulu saat paham pembaruan mulai mendapat tempat di hati umat Islam istilah akal menjadi suatu hal yang subversif. Banyak ulama “tradisional” yang menanggap bahwa akal harus ditundukkan dan teks-teks kitab warisan masa lalu menjadi teks utama dalam belajar Islam. Djazoeli dalam kesadaran ber-Islam menggunakan aqal dan Al-Quran sebagai dalil dalam mengemukakan pendapat berkaitan dengan persoalan Aqidah.
Kitab Ngakoid tidak mencantumkan tahun pencetakannya. Informasi awal tentu saja Majlis Tarjih Muhammadiyah yang berdiri pada tahun 1928 dengan ketua Pertama KH Mas Mansyur, kitab ini kemungkinan dicetak pada tahun 30an awal. Kitab Ngakoid hanya 12 halaman saja.Kitab Ngakoid Jilid 1 membahas Iman kepada Allah dan Jilid 2 membahas sifat-sifat Allah. Saya baru memiliki Kitab Ngakoid jilid 1 saja.
Iman adalah Ngakeni sarana lisan,angestokaken sarana manah toewin aqalipun,anandangi sarana badanipun (Iqro u billisan,tasdiqu bil jinaan, ngamalu bil abdaan) Iman adalah mengucapkan keyakinan dengan lisan, menyakini dengan hati dan akalnya dan bertindak dengan perbuatannya. Muncul kalimat aqal dalam pengertian iman tersebut tentu merupakan suatu hal yang unik.kalau di masa sekarang iman sering hanya diterjemahkan dengan menyakini dengan hati saja, tanpa ada pengertian aqal.
Meyakini Allah dalam hati dan aqal menurut Djazoeli berarti meyakini bahwa Dzat Allah itu bukanlah dzat yang bisa dilihat sebagaimana jasad yang bisa dilihat dengan mata yang telanjang. Dzat Allah tidak juga bisa dilihat dengan angan-angan akal kita yang serba terbatas. Berkaitan dengan Iman kepada Allah aqal manusia tetap tunduk dan meyakini bahwa Allah adalah ghoib yang tidak bisa dilihat dengan mata dan angan-angan belaka.
Setelah menjelaskan pengertian perihal Iman, Djazoeli menerangkan Iman dalam bentuk Tanya jawab. Buku keislaman dalam bentuk Tanya jawab pada masa itu memang menjadi trend. Ada beberapa penulis yang menulis dengan bentuk Tanya jawab. Salah satunya adalah Kiai Fachrodin yang bicara tentang Islam dan Kristen. Akan kita bahas di lain kesempatan.
Pitakon: Poenapa ingkang dados paseksen bilih Allah penika tanpa kawitan saha tanpa pengkasan?
Djawab:Manawi Allah penika mawi dipoen wiwiti saha dipoen poengkasi poeniko boten sampoerno,oetawi ladjeng nama sami kalijan ngalam.
Pitakon:Poendi Ingkang Nedahaken jen Allah Poenika beda kalijan sadjaja kawontenan?
Djawab: inggih poenika ajat 11 ing soerat sjoera, Allah sampun ngendika: “ Ora ono sawidji-widji kang madani ing Allah, lan Allah ikoe kang kagoengan sifat miring toer mirsani.”
Di masa itu musuh utama dari Islam di kesultanan Ngayokyokarto Hadiningrat adalah bercampurnya ajaran Islam dengan ajaran yang bukan Islam, tetapi menjadi suatu laku yang dianggap Islam. Jalan untuk menjadikan ajaran Islam sesuai dengan yang diajarkan kanjeng Rasulullah Muhammad SAW bukanlah hal yang mudah. Anak-anak Muda di bawah bimbingan Kiai Dahlan yang sudah tercerahkan dan ditempa Aqidahnya oleh Kai Dahlan sendiri. Semangatnya berkobar-kobar untuk mengajak kembali kepada ajaran Islam yang tidak bercampur dengan tradisi ataupun budaya yang menjurus kepada kemusyrikan.
Djazoeli dengan kemampuan menulisnya juga ikut membawa semangat berislam yang murni ini dalam kancah pemikiran keislamannya.dan buktinya dengan buku Ngakoid ini.
Tinggalkan Balasan