PEMUDAMUHDIY.or.id – Untuk membangun sebuah peradaban yang maju, diperlukan sumber daya manusia yang mumpuni. Salah satu jalan menciptakan hal tersebut melalui pendidikan sejak dini dan kemampuan mengasuh anak. Untuk mengasuh anak diperlukan pola khusus dan strategi agar anak tumbuh dan berkembang dengan baik.
Istilah “mengasuh anak”, dewasa ini lebih dikenal dengan parenting. “Dulu dikenal istilah tarbiyatul aulad. Mungkin teman-teman juga sudah membaca karya-karya tarbiyatul aulad karya Dr. Abdullah Nashih Ulwan atau karya Imam Al-Ghazali. Ya, namanya juga teori keilmuan akan terus berkembang. Muncul istilah yang lebih trendi yaitu parenting atau pola asuh anak dan saya menggunakan istilah Qur’anic Parenting atau pola asuh anak sesuai dengan nilai Al Qur’an untuk mengintegrasikan dengan disiplin keilmuan saya.” Jelas Prof. Dr. Abdul Mustaqim, penulis buku Qur’anic Parenting, dalam kegiatan bedah buku KAMASTU, di Aula PWM DIY (6/3/2020).
Glutamine and bodybuilding cypionate vs enanthate bodybuilding – alpes-maritimes.
Ada beberapa hal yang menjadi fokus buku ini. Pertama, pandangan ontologis Al Qur’an tentang anak. Kedua, hak-hak anak. Ketiga, prinsip-prinsip dasar parenting. Keempat, menangani berbagai persoalan anak. Kelima, do’a Qur’ani untuk anak sebagai basis spiritual.
Banyak sekali ayat Al Qur’an yang menjelaskan tentang anak dan menjadi dasar bagaimana Al Qur’an memposisikan anak dalam keluarga. Ayat-ayat tersebut ada yang menyebut anak sebagai sesuatu yang positif namun tak jarang menyebut kebalikannya.
“Yang pertama itu anak sebagai amanah atau titipan, orang tua yang sadar akan hal ini pasti menjaga betul anaknya. Sekarang ini banyak sekali orang tua yang jarang ngobrol dengan anaknya. Kalo saya ke warung saya sengaja tidak membawa HP supaya saya bisa ngobrol dengan anak dan istri, membahas perkembangannya dan lain sebagainya” tuturnya.
“Ada juga yang lain yakni anak itu sebagai perhiasan. Dalam ayat yang lain disebutkan sebagai Qurata A’yun atau penyejuk hati, kemudian bisa sebagai fitnah dan musuh sebagaimana dalam surah At Thagaabun ayat 15.” Tambahnya.
Adapun hak-hak anak yang harus di penuhi oleh orang tua adalah pertama, memberi nama yang baik. Kedua, memilihkan calon ibunya. Ketiga, mengajari Al Qur’an. Ada kisah menarik akan hal ini yang terjadi pada masa Sayyina Umar.
“Ada orang tua yang melapor kepada Sayyidina Umar, karena anaknya bandel sering melawan orang tuanya. Akhirnya Sayyidina Umar memanggil anak yang bandel tersebut dan menanyakan kenapa engkau bandel dan melawan orang tuamu. Anak itu menyatakan bahwa hak-hak saya sebagai seorang anak tidak dipenuhi oleh orang tua saya. Saya tidak diberi nama yang baik, ibu saya adalah mantan istri orang Yahudi dan tidak pernah orang tua saya mengajarkan Al Qur’an”. Cerita Abdul Mustaqim.
Prinsip dasar parenting itu ada enam yakni ikhlas, cinta kasih, kesabaran, keteladanan, ketegasan dan do’a dan tawakkal. “Sebenarnya ada tarik ulur bahwa sebagai orang tua tidak boleh juga berlaku baik atau halus terus kepada anak dan kita juga tidak boleh terlalu kasar. Saya sendiri lebih suka menggunakan istilah tegas dari pada kasar. Pada akhir ini kan anak-anak suka sekali main gadget, saya pernah langsung merampas gadget tersebut. Eee, ternyata anak-anak marah. Maka saya menerapkan batas waktu misalnya 30 menit, kemudian diingatkan, tinggal 5 menit lagi ya. Dan anak akan bisa mengerti dengan pendekatan semacam itu.” Jelas pria yang sering disapa Abi ini.
Di akhir penyampaian, Prof. Mustaqim memaparkan do’a-do’a untuk anak. Seperti do’a Nabi Muhammad kepada Ibnu Abbas yang akhirnya menjadi mufasir termasyhur pada masa sahabat.
Selengkapnya KAMASTU edisi ini dapat ditonton di Channel Youtube KAJIANMU.
Editor: M. Zulfi Ifani
Penulis: Ang Rijal Anas
Tinggalkan Balasan