SOLICHIN SALAM MENULIS BUKU MUHAMMADIYAH DAN KEBANGUNAN ISLAM DI INDONESIA

Buku  Karya SOLICHIN SALAM
Buku Karya SOLICHIN SALAM

Iwan Setiawan M.S.I.
(Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah DIY 2014-2018)

Nama Solichin Salam lekat dengan penulis biografi tokoh bangsa seperti Kartini dan buku tentang sejarah keislaman. Ada beberapa buku karya Solihin Salam yang saya koleksi. Sebut saja Sejarah Kota Kudus yang sampai hari ini masih dicetak. Buku yang akan dibahas sekarang bukan soal menyoal tokoh tetapi tentang sejarah gerakan Islam di Indonesia khususnya Muhammadiyah.
Dalam Buku Muhammadiyah dan Kebangunan Islam di Indonesia terbitan NV Mega tahun 1965, Solichin Salam membuka dengan kisah berdirinya Muhammadiyah yang menarik banyak orientalis dari barat dan timur yang ingin mengkaji Muhammadiyah. Kajian tentang Pembaruan Islam yang dilakukan oleh orientalis sering diidentikkan dengan “jalan pedang” dan “kekedjaman” yang menjadikan Islam kurang memikat dalam segi kemanusiaan. Berdirinya dan perkembangan Muhammadiyah menunjukkan suatu hal yang lain daripada yang lain. Muhammadiyah lahir dari gerakan welas asih terhadap rakyat kecil dengan aksi-aksi sosial seperti yang dilakukan zending Kristen.
Solichin salam menulis kata pembuka dalam bukunya:
Oleh karena kelahirannya adalah untuk menegakkan kebenaran dan keadilan, maka suara jang dikumandangkan oleh Muhammadijah ialah suara kemanusiaan jang menembus setiap hatinurani manusia. Islam jang hendak ditegakkannja tidak dengan kilatan pedang dan kekedjaman,akan tetapi Islam hendak ditegakkan serta dibela dengan perikemanusiaan dan rasa kasih-sajang terhadap sesame.
Muhammadijah mulai melangkah tidak dengan banjak bitjara, akan tetapi terlebih dahulu berbuat dan beramal. Kelahirannja bukan karena irihati ataupun dengki,melainkan disebabkan karena kesadaran akan besarnja tanggung djawab terhadap hari depan agama,bangsa dan tanah air (13-14)
Berawal dari Kiai Dahlan, seorang pembaharu Islam yang berasal dari kampung Kauman Yogyakarta. Beliau adalah manusia-amal, dimana Islam adalah beramal dan hidupnya adalah untuk Islam dan amal Islam. Beliau adalah pelopor dalam memikirkan Islam dalah jalan amal yang mampu menggerakkan dan merubah masyarakatnya. Dalam tulisan Solichin Salam Kiai Dahlan lahir pada 1868 M bertepatan pada 1285 H. Kiai Dahlan meninggal dalam suasana hudjan lebat, pada hari Jumat malam Sabtu 22-23 Februari 1923 bertepatan pada 7 Rajab 1340 H. Usia Hidup Kiai Dahlan sekitar 55 tahun.
Muhammadiyah berdiri karena banyak sebab. Sebab yang utama karena keprihatinan melihat kondisi umat Islam yang tidak menjadikan Al-Quran dan Sunnah sebagai sumber dalam beribadah dan berkembangnya upacara-upacara khas Hindu-Budha yang bukan Islam dan diaku-aku sebagai Islam. Selain itu penjajahan dari bangsa Belanda menjadikan rakyat menjadi miskin dan tidak memperoleh kehidupan yang layak, khususnya dalam pendidikan dan kesehatan.
Keadaan Masyarakat Jogjakarta tidak jauh dari gambaran diatas. Sehingga menguatkan semangat Kiai Dahlan untuk mengubah keadaan tersebut dengan mendirikan Muhammadiyah. Perkembangan Muhammadiyah. Pada awalnya Muhammadiyah hanya boleh berdiri di Yogyakarta,sehingga diluar Yogyakarta perkumpulan yang berafisiliasi ke Muhammadiyah belum menggunakan nama Muhammadiyah. Sebut saja Nurul Islam di Pekalongan, Al-Munir dan Siratalmustaqim di Makkasar, Alhidayah di Garut dan Sidiq Amanat Tabligh Fathonah di Solo, kesemuanya adalah nama organisasi yang berafisilasi ke Muhamadiyah.
Dalam mendidik remaja Muhammadiyah juga tidak main-main, Kiai Dahlan mewadahinya dengan pendirian Siswo Proyo yang dibagi untuk wanita (siswa proyo wanito) dan untuk laki-laki (siswa proyo priyo) keduanya dididik dengan tujuan agar menjadi penerus perjuangan Muhammadiyah. Siswo Proyo Wanito yang kelak menjadi Nasyiah ini memiliki gerakan dan usaha-usaha sbb:
Bustanul Athfal
Mengadakan sekolah taman kanak-kanak untuk anak-anak dari umur 0-7 th dan dari umur 4-6-7 tahun.
Dirasat Banaat
Usaha mengumpulkan anak-anak gadis jang sudah sekolah sesudah maghrib dikumpulkan betempat di Mushala Aisjijah untuk diberi pendidikan Agama.
Tajmilul Achlaq
Perkumpulan anak-anak perempuan jang sudah berumur 10 tahun sampai 15 tahun untuk diberi peladjaran tentang pergaulan,chotbah,misalnja rapat anak-anak,memasak,budi pekerti dsb
Thalabussa adah
Perkumpulan anak-anak perempuan dari umur 15 tahun keatas disempurnakan peladjarannya dalam tajmirul aqhlak dan mengenai organisasi dalam Aisjijah,serta dididik untuk duduk dalam pengurus NA.
Kesimpulan Solichin Salam bahwasannya Muhammadiyah memiliki andil dalam membangun Islam di Indonesia pada masa lalu.Bagaimana dengan masa sekarang?generasi kitalah yang akan menuliskan sejarah Muhammadiyah dikemudian hari.


Diterbitkan

dalam

oleh

Tags:

Comments

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *